Senin, 12 November 2012




     Berawal dari semangat untuk menelaah ulang apa yang sudah dianggap "final" atau hal lumrah yang selama ini dipercayai oleh masyarakat. Sebuah pertanyaan yang selalu mendengung dalam pikiran, apakah benar sebuah masjid harus begini, dengan bentuk kubah, minaret yang menjulang tinggi, serta interior penuh dekorasi mewah dan bernuansa megah? Bukankah bentuk demikian hanya menunjukan bentuk kepongahan manusia saja. Atau bolehkah aku sebut bangunan yang demikian sebagai sebuah Berhala Besar? Antar kampung, antar kabupaten. antar daerah semua berlomba-lomba membangun masjid yang paling wah dan paling megah, lalu begitu saja meninggalkan esensi tempat ibadah, yaitu komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, bukan untuk mengagumi tiang-tiang kokoh berlapis marmer atau ukiran kaligrafi emas di langit-langitnya. Bukan untuk itu kita ber-i'tikaf di masjid, tapi merenung dan mengingat tentang kebesaran Sang Khalik, dan itu tidak didapatkan dengan melihat kemewahan duniawi, yang lucunya malah ditempatkan dalam masjid.

     Di sini kami juga tidak akan sampai membuat pledoi bahwa desain kamilah yang paling benar, tapi dengan ini kami  ingin menularkan semangat "menelaah ulang", merombak kembali apa yang sudah dianggap mapan dan benar. Semangat melawan, membuka kembali pintu ijtihad, ini adalah sebuah protes!!


     
     Sebagai umat muslim kita tahu dan sadar bahwa unsur terpenting dari sholat adalah untuk memperoleh kekhusyukan di dalamnya, karena hanya dengan itu kita benar-benar bisa menjumpai dan berkomunikasi dengan-Nya. Lalu bagaimana memperoleh kekhusyukan tersebut? apakah dengan menampilkan interior masjid yang penuh gemerlap lampu dan kilauan emas? Tidakkah hal yang demikian lebih mendekatkan manusia pada hal yang bersifat duniawi, bukan ukhrawi. Salah satu cara agar khusyu adalah dengan cara mengingat mati.

"Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir"  
 (HR. Ahmad)

Sikap bermegah-megahan tersebut anehnya juga dimunculkan di masjidil haram dan nabawi, tempat pertama kali munculnya peradaban Islam. Tidakkah para raja Arab tersebut ingat tentang kesederhanaan yang menjadi ciri kehidupan Rasulullah dan para Sahabat, yang sangat jauh dari kesan bermewah-mewahan. Karena hidup mewah dan boros pada dasarnya sangat dibenci oleh Tuhan.

"Aku tidak menyuruh kamu membangun masjid untuk kemewahan (keindahan)."  
(HR. Ibnu Hibban dan Abu Dawud)

"Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba membangun dan memperindah masjid-masjid." 
(HR. Abu Dawud)

    Dari permasalahan yang diuraikan di atas, setidaknya ada 2 poin yang kami soroti untuk dijadikan pengembangan desain, yaitu : bagaimana desain yang menimbulkan rasa khusyuk dan penekanan kesederhanaan dalam desain tempat ibadah.























Sayembara Masjid ITB Jatinangor
team desain:
Gustav Anandhita
Kristoporus Primaloka

status: competition entry

project deadline: 2012

competition organizer: Institut Teknologi Bandung

2 komentar: