“Semarang kaline banjir,
ojo sumelang yen dipikir.. “
Sebuah penggalan lirik lagu yang
menceritakan kondisi Semarang yang kalinya selalu menjadi langganan banjir. Padahal
ketika membaca sejarah, dahulu semarang pernah disebut sebagai Vanesia van
Java. Karena kala itu, Kali Semarang sangat berperan dengan transportasi
sungainya dalam membawa kebutuhan sehari-hari, dan barang dagangan dari luar
Semarang.
Dan di Kali Semarang pulalah kita bisa melihat sejarah perkembangan Kota Semarang. Ada kawasan Pecinan, Kota Lama, Jembatan Berok, Sleko, Kampung Melayu, dan Boom Lama, kawasan-kawasan yang punya banyak bangunan bersejarah, dan dikenal menyimpan sejarah perkembangan Kota Semarang tentang sosial ekonomi, budaya, dan politiknya.
Dan di Kali Semarang pulalah kita bisa melihat sejarah perkembangan Kota Semarang. Ada kawasan Pecinan, Kota Lama, Jembatan Berok, Sleko, Kampung Melayu, dan Boom Lama, kawasan-kawasan yang punya banyak bangunan bersejarah, dan dikenal menyimpan sejarah perkembangan Kota Semarang tentang sosial ekonomi, budaya, dan politiknya.
(klik gambar untuk ukuran yang lebih besar)
Namun sekarang kebanggaan masa
silam itu hanya tinggal kenangan.
Mungkin ikut larut dalam genangan banjir rob yang setiap hari menghiasi
gang-gang sempit pemukiman di Kali Semarang. Ya, sebuah kombinasi menarik
ketika sebuah pemukiman padat bertemu dengan banjir rob. Sebuah kombinasi yang
menimbulkan banyak masalah, adalah diantaranya adalah hilangnya tempat bermain
untuk anak-anak.
Mungkin ketika dalam kondisi
biasa anak-anak masih bisa memanfaatkan jalan raya, gang sebelah rumah atau di
atas jembatan untuk mereka bermain. Akan tetapi, ketika banjir datang dan
meggenangi daratan, kesempatan mereka bermain sudah tidak ada lagi. Tenggelam.
Sampai di sini sudah bertemu 2
masalah utama: Banjir + Pemukiman Padat.
·
Saat banjir tidak lagi bisa dibendung dan
dicegah, maka yang terpikir adalah sebuah “lapangan”yang mampu beradaptasi
dengan banjir dengan cara mengapung. Seberapapun ketinggian air bukan menjadi
masalah ketika “lapangan” ini bisa mengapung di permukaan airnya. Ide ini
muncul ketika memperhatikan getek yang menjadi transportasi penyeberangan di
Kali Semarang.
·
Masalah kedua adalah warga tidak memiliki lagi
lahan untuk membuatkan lapangan bermain bagi anak-anak mereka. Lalu kami
melirik sebuah tempat luas di depan pemukiman mereka yang belum dimanfaatkan,
yaitu Kali Semarang. Karena sangat disayangkan jika “space” yang sangat luas
ini hanya menjadi tempat pembuangan sampah.
Dengan memperhatikan masalah
tersebut, secara sederhana kami mendesain sebuah lapangan bermain yang anti
banjir dan dapat terapung di Kali Semarang.
Secara desain mungkin sangatlah
biasa, hanya meniru bentuk kapal secara sederhana. Dalam kapal ini kami membagi
menjadi 2 fungsi, yaitu Geladak Kapal dan Kabin Kapal:
·
Geladak
Kapal: Area ini merupakan space untuk menempatkan permainan anak-anak.
Disaat yang berbeda, mainan-mainan yang berada di atas geladak dapat dpinggirkan
atau dipindahkan. Sehingga tercipta space yang cukup lapang. Jadi mainan tersebut
bersifat portable. Ketika mainan yang berada di atas geladak dipinggirkan, maka
geladak kapal ini dapat digunakan untuk bermain permainan tradisional yang
membutuhkan ruang yang lapang, seperti lompat tali, gobak sodor, engklek, dan
lainnya. Untuk keaman, area ini dilengkapi pagar dan juga jaring pengaman di
sisi-sisinya. Meskipun kontrol orangtua juga dibutuhkan untuk menemani mereka
bermain.
·
Kabin
Kapal: Bagian belakang kapal ini berfungsi sebagai kelas sore untuk pelajaran
tambahan. Guru les bisa dari sukarelawan atau orang tua sendiri, dilengkapi
dengan papan tulis dan meja lesehan. Mulai dari les gambar, menulis, menyanyi
dapat dilakukan di kelas ini. Dan dengan penuh harapan, kelas ini juga bisa
juga digunakan untuk kelas gratis bagi mereka yang kurang mampu/anak jalanan.
Mengingat di dekat tapak terdapat Pasar Johar, dan banyak anak-anak putus sekolah
yang menjadi kuli dan pengamen.
Untuk bagian
atas, difungsikan sebagai “PAGUPON” (kandang burung dara), karena kebanyakan
anak-anak disini suka Gaburan/balap burung. Dikarenakan lahan yang sangat
sempit dirumah, jadi kami buatkan sebuah kandang burung terpadu. Tempat ini
juga bisa menjadi deck untuk loncat ke sungai, mengingat banyak anak-anak yang
suka mandi di sungai.
Pernah terlontar sebuah
pertanyaan dari seorang kawan. Kenapa kalian seolah mendukung dan membiarkan
anak-anak bermain dan mandi di air sungai yang tampak kotor itu?
Bukannya tanpa alasan, kami
memiliki sebuah misi dengan “menaruh”
tempat bermain di Kali, maka anak-anak dilatih memiliki kepedulian dan rasa
memiliki terhadap Kali Semarang sejak dini. Dan bagi orang Tua yang menemani
mereka bermain, pasti akan berharap tempat bermain anak-anak mereka sehat dan
bersih. Maka secara tidak langsung orangtua juga tersadar untuk menjaga dan
merawat kebersihan Kali Semarang yang menjadi tempat bermain anak-anak mereka. Kami
berharap para orangtua tidak akan lagi membuang sampah dan limbah ke sungai,
karena ketika mereka mengotori kali, berarti mereka samasaja telah meracuni
anak mereka.
“Melarang anak-anak bermain di tempat kotor bukanlah hal yang bijak,
tapi membersihkan tempat bermain anak mereka yang kotor barulah langkah yang
tepat untuk anak mereka maupun untuk lingkungan.”
Selain tidak adanya tempat
bermain bagi anak-anak pemukiman padat ternyata juga menyebabkan terbatasnya lahan
untuk Ruang Terbuka Hijau. Hal ini berdampak juga pada anak-anak, mereka tidak
mengenal berbagai tanaman, padahal negara kita merupakan negara subur yang
memiliki jutaan jenis tanaman. Segala macam tanaman seperti bunga, sayuran dan
tanaman obat-obatan hanya mereka ketahui dari foto di buku atau sayuran hasil
panen yang dijual di pasar. Satu-satunya
kendala untuk berkebun adalah tidak adanya lahan, sementara sumber air
sangatlah melimpah. Untuk itu kami akan menciptakan “lahan bercocok tanam” itu.
Dengan ini kami mencoba memberikan
alternatif Ruang Terbuka Hijau berupa “Kebun Terapung”. Dengan konsep seperti Taman
Terapung sebelumnya. Tempat ini mencoba memberikan space untuk anak-anak belajar berkerbun,
menanam dan merawat tanaman. Dengan media ini diharapkan anak-anak memiliki
kepedulian dan rasa cinta terhadap kelestarian tanaman dan lingkungan sejak
dini.
Dengan rak-rak tanaman yang
dibuat bertrap, memudahkan peletakan tanaman yang ditanam di dalam pot ataupun
kaleng bekas. Keberadaan kebun bunga yang terapung di atas Kali Semarang diharapkan akan memberikan nuansa asri serta
warna-warni bagi lingkungan sekitar. jadi Kita bisa berlama-lama nongkrong di
Kali Semarang sambil mengajari adek-adek kita bercocok tanam. Dengan sistem pengelolaan
dan status milik pada Desa. Maka akan menjadi taman bersama layaknya
taman-taman di perumahan yang elit.
“Di saat sudah tidak mungkin
menghijaukan daratan yang penuh dengan beton. Maka kami akan menghijaukan Kali
Semarang di permukaan-nya”
poster:
team desain:
Gustav AnandhtaCahya Mustika Alam
Hengky Arga Pradipta
status: 1st Winner
project deadline: 2011
competition organizer: SKETSA Magz, Tarumanegara University, Jakarta. Integrated Education Urban Space for Children.
Klo di realisasikan ide tersebut akan menjadi salah satu obyek wisata terkemuka di Semarang nih, apalagi setelah perbaikan kawasan sekitar sungai kaligarang semarang. Kapan ide tersebut direalisasikan?
BalasHapusMaaf baru balas, lama gak diurusin ni blog ;-(
HapusSaat itu dari pihak kampus sudah ada wacana dan pembicaraan dengan pemkot, tapi ya gitu deh.. wacana tinggal wacana, apalagi kalau terkait dengan birokrasi.. kecuali jika mau dilakukan dengan swadaya masyarakat, tapi tentu dengan resiko bisa dibongkar sewaktu-waktu karena tidak memiliki ijin.. hehe