Kamis, 24 Mei 2012


Juara Pertama Sayembara HUT SKETSA22 - Universitas Tarumanagara




“Semarang kaline banjir, ojo sumelang yen dipikir.. “  

Sebuah penggalan lirik lagu yang menceritakan kondisi Semarang yang kalinya selalu menjadi langganan banjir. Padahal ketika membaca sejarah, dahulu semarang pernah disebut sebagai Vanesia van Java. Karena kala itu, Kali Semarang sangat berperan dengan transportasi sungainya dalam membawa kebutuhan sehari-hari, dan barang dagangan dari luar Semarang.

Dan di Kali Semarang pulalah kita bisa melihat sejarah perkembangan Kota Semarang. Ada kawasan Pecinan, Kota Lama, Jembatan Berok, Sleko, Kampung Melayu, dan Boom Lama, kawasan-kawasan yang punya banyak bangunan bersejarah, dan dikenal menyimpan sejarah perkembangan Kota Semarang tentang sosial ekonomi, budaya, dan politiknya.

(klik gambar untuk ukuran yang lebih besar)

Namun sekarang kebanggaan masa silam  itu hanya tinggal kenangan. Mungkin ikut larut dalam genangan banjir rob yang setiap hari menghiasi gang-gang sempit pemukiman di Kali Semarang. Ya, sebuah kombinasi menarik ketika sebuah pemukiman padat bertemu dengan banjir rob. Sebuah kombinasi yang menimbulkan banyak masalah, adalah diantaranya adalah hilangnya tempat bermain untuk anak-anak.
Mungkin ketika dalam kondisi biasa anak-anak masih bisa memanfaatkan jalan raya, gang sebelah rumah atau di atas jembatan untuk mereka bermain. Akan tetapi, ketika banjir datang dan meggenangi daratan, kesempatan mereka bermain sudah tidak ada lagi. Tenggelam.




Sampai di sini sudah bertemu 2 masalah utama: Banjir + Pemukiman Padat.
·         Saat banjir tidak lagi bisa dibendung dan dicegah, maka yang terpikir adalah sebuah “lapangan”yang mampu beradaptasi dengan banjir dengan cara mengapung. Seberapapun ketinggian air bukan menjadi masalah ketika “lapangan” ini bisa mengapung di permukaan airnya. Ide ini muncul ketika memperhatikan getek yang menjadi transportasi penyeberangan di Kali Semarang.
·         Masalah kedua adalah warga tidak memiliki lagi lahan untuk membuatkan lapangan bermain bagi anak-anak mereka. Lalu kami melirik sebuah tempat luas di depan pemukiman mereka yang belum dimanfaatkan, yaitu Kali Semarang. Karena sangat disayangkan jika “space” yang sangat luas ini hanya menjadi tempat pembuangan sampah.
Dengan memperhatikan masalah tersebut, secara sederhana kami mendesain sebuah lapangan bermain yang anti banjir dan dapat terapung di Kali Semarang.




Secara desain mungkin sangatlah biasa, hanya meniru bentuk kapal secara sederhana. Dalam kapal ini kami membagi menjadi 2 fungsi, yaitu Geladak Kapal dan Kabin Kapal:
·         Geladak Kapal: Area ini merupakan space untuk menempatkan permainan anak-anak. Disaat yang berbeda, mainan-mainan yang berada di atas geladak dapat dpinggirkan atau dipindahkan. Sehingga tercipta space yang cukup lapang. Jadi mainan tersebut bersifat portable. Ketika mainan yang berada di atas geladak dipinggirkan, maka geladak kapal ini dapat digunakan untuk bermain permainan tradisional yang membutuhkan ruang yang lapang, seperti lompat tali, gobak sodor, engklek, dan lainnya. Untuk keaman, area ini dilengkapi pagar dan juga jaring pengaman di sisi-sisinya. Meskipun kontrol orangtua juga dibutuhkan untuk menemani mereka bermain.
·         Kabin Kapal: Bagian belakang kapal ini berfungsi sebagai kelas sore untuk pelajaran tambahan. Guru les bisa dari sukarelawan atau orang tua sendiri, dilengkapi dengan papan tulis dan meja lesehan. Mulai dari les gambar, menulis, menyanyi dapat dilakukan di kelas ini. Dan dengan penuh harapan, kelas ini juga bisa juga digunakan untuk kelas gratis bagi mereka yang kurang mampu/anak jalanan. Mengingat di dekat tapak terdapat Pasar Johar, dan banyak anak-anak putus sekolah yang menjadi kuli dan pengamen.
Untuk bagian atas, difungsikan sebagai “PAGUPON” (kandang burung dara), karena kebanyakan anak-anak disini suka Gaburan/balap burung. Dikarenakan lahan yang sangat sempit dirumah, jadi kami buatkan sebuah kandang burung terpadu. Tempat ini juga bisa menjadi deck untuk loncat ke sungai, mengingat banyak anak-anak yang suka mandi di sungai.



Pernah terlontar sebuah pertanyaan dari seorang kawan. Kenapa kalian seolah mendukung dan membiarkan anak-anak bermain dan mandi di air sungai yang tampak kotor itu?
Bukannya tanpa alasan, kami memiliki sebuah misi dengan  “menaruh” tempat bermain di Kali, maka anak-anak dilatih memiliki kepedulian dan rasa memiliki terhadap Kali Semarang sejak dini. Dan bagi orang Tua yang menemani mereka bermain, pasti akan berharap tempat bermain anak-anak mereka sehat dan bersih. Maka secara tidak langsung orangtua juga tersadar untuk menjaga dan merawat kebersihan Kali Semarang yang menjadi tempat bermain anak-anak mereka. Kami berharap para orangtua tidak akan lagi membuang sampah dan limbah ke sungai, karena ketika mereka mengotori kali, berarti mereka samasaja telah meracuni anak mereka.
“Melarang anak-anak bermain di tempat kotor bukanlah hal yang bijak, tapi membersihkan tempat bermain anak mereka yang kotor barulah langkah yang tepat untuk anak mereka maupun untuk lingkungan.”

Selain tidak adanya tempat bermain bagi anak-anak pemukiman padat ternyata juga menyebabkan terbatasnya lahan untuk Ruang Terbuka Hijau. Hal ini berdampak juga pada anak-anak, mereka tidak mengenal berbagai tanaman, padahal negara kita merupakan negara subur yang memiliki jutaan jenis tanaman. Segala macam tanaman seperti bunga, sayuran dan tanaman obat-obatan hanya mereka ketahui dari foto di buku atau sayuran hasil panen yang dijual di pasar.  Satu-satunya kendala untuk berkebun adalah tidak adanya lahan, sementara sumber air sangatlah melimpah. Untuk itu kami akan menciptakan “lahan bercocok tanam” itu.



               

Dengan ini kami mencoba memberikan alternatif Ruang Terbuka Hijau berupa “Kebun Terapung”. Dengan konsep seperti Taman Terapung sebelumnya. Tempat ini mencoba memberikan  space untuk anak-anak belajar berkerbun, menanam dan merawat tanaman. Dengan media ini diharapkan anak-anak memiliki kepedulian dan rasa cinta terhadap kelestarian tanaman dan lingkungan sejak dini.
Dengan rak-rak tanaman yang dibuat bertrap, memudahkan peletakan tanaman yang ditanam di dalam pot ataupun kaleng bekas. Keberadaan kebun bunga yang terapung di atas Kali Semarang  diharapkan akan memberikan nuansa asri serta warna-warni bagi lingkungan sekitar. jadi Kita bisa berlama-lama nongkrong di Kali Semarang sambil mengajari adek-adek kita bercocok tanam. Dengan sistem pengelolaan dan status milik pada Desa. Maka akan menjadi taman bersama layaknya taman-taman di perumahan yang elit. 

“Di saat sudah tidak  mungkin menghijaukan daratan yang penuh dengan beton. Maka kami akan menghijaukan Kali Semarang di permukaan-nya”

poster:







Maket:




team desain:
Gustav Anandhta
Cahya Mustika Alam
Hengky Arga Pradipta

status: 1st Winner

project deadline: 2011

competition organizer: SKETSA Magz, Tarumanegara University, Jakarta. Integrated Education Urban Space for Children.

2 komentar:

  1. Klo di realisasikan ide tersebut akan menjadi salah satu obyek wisata terkemuka di Semarang nih, apalagi setelah perbaikan kawasan sekitar sungai kaligarang semarang. Kapan ide tersebut direalisasikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru balas, lama gak diurusin ni blog ;-(

      Saat itu dari pihak kampus sudah ada wacana dan pembicaraan dengan pemkot, tapi ya gitu deh.. wacana tinggal wacana, apalagi kalau terkait dengan birokrasi.. kecuali jika mau dilakukan dengan swadaya masyarakat, tapi tentu dengan resiko bisa dibongkar sewaktu-waktu karena tidak memiliki ijin.. hehe

      Hapus