Minggu, 27 Mei 2012

Bercerita aku tentang sepotong rembulan berlumur darah
yang terbakar di atas gubukku malam ini
perlahan jatuh, lalu berserak lusuh
terseret hujan menuju sungai

aku dan para bocah desa lantas berlarian
mengelilingi sang bulan di hulu sungai
bermekaran seroja dan kenanga di tebing nuraniku

aku dan para bocah bersimpuh
lalu saling berbisik lirih
                                           "..tangsu manjer kawuryan.."
                                  "..kembali bersinarlah wahai purnama.."

namun rembulan telah mati
kami semua terdiam
memungut kenanga dan seroja di atas tanah merah
lalu menaburkannya ke atas langit
sejenak melayang
lalu jatuh kembali menyentuh pusara

.......

kafan yang tersisa kami potong serupa rembulan
menjadi satu lingkaran penuh harapan
yang akan kami gantungkan di langit
menjelma menjadi sang rembulan yang baru
sama pucatnya
sama putihnya

kini
tiap malam aku dan para bocah desa duduk di bawah rembulan baru
menengadah
tersenyum memandangnya
dan entah sampai kapan
kami akan terhibur dengan tipuan
yang kami buat sendiri

12 Februari 2012, di teras kantor
R.R.M, saat aku mengenangnya



 (Red Moon - Megan Duncanson)




0 komentar:

Posting Komentar